Pada Selasa, 15 November 2022 kemarin, siswa SMAN 1 Sumberpucung kembali menorehkan prestasi gemilang. Prestasi ini datang lewat bidang karya tulis ilmiah, yaitu kejuaraan LKTI Bioteknologi ‘GENOM’ se-Jawa Bali yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Bioteknologi Universitas Negeri Malang sejak 20 September 2022 sebagai awal pendaftaran hingga waktu presentasi LKTI pada 12 November 2022.
Di bawah naungan GEMPITA SMALOKA, Gladis Dwi Atmaja (XII IPA 6), Saniya Alin Syalsabila (XII IPA 4), dan Syalsabila (XII Bahasa) berhasil membawa predikat juara pertama dalam kejuaraan LKTI Bioteknologi ‘GENOM’ 2022. Tema yang dibawa dalam kejuaraan tahun ini adalah Pemanfaatan Sumber Daya Lingkungan yang Berkelanjutan dan Bertanggungjawab di Bidang Teknologi. “Ada 5 sub tema yang diberikan oleh pihak penyelenggara dan kami memilih sub tema pangan,” jelas Gladis. Adapun sub tema dari perlombaan ini meliputi bidang pangan, bidang lingkungan, bidang kesehatan, bidang bioteknologi dan bidang industri.
“Topik yang kami ambil berjudul Mugert: Inovasi Yogurt Vegan dari Ekstrak Flavonoid Daun Kersen (Mungtingia Calabura) dan Sari Nabati Glycine Soja sebagai Alternatif Meningkatkan Pangan Lokal Berbasis Bioteknologi Konvensional di Desa Sumberpucung,” ujar salah satu dari tim LKTI, Saniya.
Pemilihan topik ini bukan tanpa sebab. Sebelumnya, tim GEMPITA telah melakukan observasi di masyarakat Desa Sumberpucung mengenai efektivitas pemanfaatan daun kersen. Ditemukan fakta bahwa daun ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Mengingat daun kersen yang kaya akan manfaat, kemudian tim GEMPITA menciptakan sebuah inovasi dalam mengolah daun kersen yang dipadukan dengan sari nabati glycine soja sehingga menjadi sebuah produk yang diberi nama Mugert.
Proses penulisan LKTI ini cukup memakan waktu dengan berbagai proses pengerjaan yang tersistematis. Seperti yang disebut oleh Bu Lia Damayanti selaku pembimbing LKTI Bioteknologi, penulisan LKTI dimulai dari penentuan tema yang akan diambil kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal, pembuatan produk dan dilakukan penyusunan makalah secara menyeluruh (full paper).
“Penulisan LKTI menghabiskan waktu 2-3 hari. Itu termasuk waktu yang singkat, akan lebih lama lagi jika tim masuk ke babak final. Butuh waktu 6-7 hari bagi siswa untuk memantapkan public speaking agar menghasilkan presentasi hasil karya tulis yang baik dan penguasaan dialog tanya jawab yang bagus,” tambah Bu Dian, salah satu guru pembimbing GEMPITA SMALOKA.
Gladis menambahkan, terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perlombaan LKTI ini, yakni membuat abstrak LKTI sesuai dengan tema yang telah ditentukan oleh masing-masing tim. Setelah abstrak ini diterima dan masuk ke babak semi final, praktek pembuatan produk mulai dilakukan dengan dilanjut uji laboratorium dan demo produk yang telah dibuat kepada masyarakat, terutama dalam hal ini warga Desa Sumberpucung. Lantas, jika langkah-langkah tersebut telah terlaksana, disusunlah karya tulis ilmiah secara keseluruhan. Dari full paper yang telah diajukan, akan diambil 5 finalis untuk mempresentasikan karya tulis ilmiah secara menyeluruh.
Penyelesaian karya tulis hebat ini memakan waktu sekitar satu bulan. Untuk efisiensi waktu, pengerjaan karya produk dilakukan secara bersama-sama serta dilakukan pembagian tugas untuk penyusunan karya tulis (paper). Lebih lanjut, Gladis menambahkan, ketika karya tulis sudah selesai disusun, karya tulis akan dievaluasi bersama dengan tim sebelum kemudian diberikan kepada guru pembimbing LKTI.
“Pembagian tugasnya meliputi saya sebagai penanggung jawab Bab 1 dan Bab 4, Saniya sebagai penanggung jawab Bab 3 dan Salsa sebagai penanggung jawab Bab 2. Sisanya, yakni bagian kesimpulan dan abstrak, kami kerjakan bersama-sama,” tambah Gladis.
Keberhasilan tim GEMPITA SMALOKA tidak lepas dari keberadaan kendala-kendala dalam melakukan proses penyusunan LKTI. Kendala-kendala tersebut menjadi acuan semangat untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik lagi dan hal tersebut terbukti.
“Kendala yang muncul saat LKTI ini adalah saat dilakukan pembuatan produk Mugert yang membutuhkan beberapa kali percobaan untuk mendapat hasil produk yang baik. Sehingga hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama,” ujar Bu Lia.
Hal yang sama diamini oleh Gladis selaku tim GEMPITA, setidaknya dilakukan percobaan produk hingga 3 kali karena percobaan sebelumnya yang gagal. Tidak hanya itu, kendala juga muncul dari kegiatan sekolah yang padat sehingga memanfaatkan waktu luang untuk dapat mengerjakan LKTI.
“Kendala ada di padatnya kegiatan sekolah selama beberapa minggu ini karena bersamaan dengan Bulan Bahasa dan Citakara, jadi kita membuat produk dan menyusun LKTI dengan menggunakan waktu luang yaitu saat pulang sekolah. Ditambah kondisi cuaca yang berhujan, jadi untuk bahan-bahan produk LKTI kita cari sambil hujan-hujanan,” ujar Gladis dan Saniya kompak.
Selain itu, kendala muncul dari diri siswa yang mengikuti LKTI ini, menurut Bu Dian menjadi sebuah tantangan besar bagi guru pembimbing dalam membina siswa yang masih terhitung baru dalam mengenal dunia kepenulisan karya ilmiah, namun meskipun masih tergolong awam dalam dunia karya tulis, para siswa dapat masuk ke tahap final LKTI yang mana hal ini adalah sebuah pencapaian yang sangat membanggakan.
Keberhasilan tim GEMPITA SMALOKA dalam meraih prestasi LKTI ini tentu membanggakan banyak pihak, termasuk bagi para guru pembimbing seperti Bu Lia dan Bu Dian.
“Saya merasa sangat senang sekaligus bangga dapat membimbing siswa-siswi yang berbakat dan memiliki keinginan untuk terus mengembangkan kemampuan dalam dirinya,” ujar Bu Lia.
Hal ini disetujui oleh Bu Dian dengan menambahkan catatan bahwa setiap siswa-siswi SMALOKA memiliki bakatnya masing-masing tinggal bagaimana mereka untuk memperjuangkan dan mengasah bakat tersebut lebih baik lagi. Pernyataan ini didasarkan oleh tim GEMPITA SMALOKA yang mulanya juga memiliki ketertarikan pada dunia karya tulis ilmiah. Seperti Saniya yang mulai menulis karya ilmiah pada kelas XI hingga kemudian dapat mendalami karya tulis pada kelas XII.
“Awal mencoba saat kelas XI, lalu di kelas XII lebih mendalami tentang dunia kepenulisan karya tulis ilmiah. Saya terhitung baru dalam dunia ini, sebelumnya sering mengikuti lomba kepenulisan di bidang esai dan LKTI UM ini adalah lomba karya tulis ilmiah ketiga yang saya ikuti,” ungkap Saniya.
LKTI kali ini sangat membuat bangga para siswa yang menjadi tim. Saniya mengungkapkan bahwa ini adalah kali ketiganya mengikuti perlombaan dan perlombaan sebelumnya tidak membuahkan hasil yang sangat ia idamkan.
“LKTI pertama yang diikuti adalah LKTI di Universitas Raden Rahmat. Saat itu saya dan rekan setim, Erlisa, gagal pada tahap seleksi awal, kemudian LKTI kedua bertempat di Universitas Brawijaya. Saat itu rekan tim saya yakni Gladis dan Syalsa hanya dapat masuk ke peringkat 10 besar. Alhamdulillah untuk lomba ketiga ini diberikan hasil yang sangat memuaskan,” tambah Saniya.
Hal senada juga disampaikan oleh Gladis yang mengira dunia kepenulisan sedikit lebih mudah dan ia mendapat jawabannya saat mengikuti LKTI.
“Awalnya saya kira hanya tulis-tulis saja, gampang. Ternyata saat mengikuti lomba tidak segampang yang saya pikir. Harus cari ide, kemudian baru menulis hasil implementasi. Banyak tantangan yang harus dihadapi, sehingga saya sangat tertarik mengikuti perlombaan ini apalagi jika bisa sampai tahap final. Kita bisa bertemu teman-teman dari berbagai daerah sehingga secara tidak langsung menambah relasi dan pengalaman,” ucap Gladis dengan jelas.
Gladis pun sama seperti Saniya, dari sekian lama waktu untuk berproses dalam dunia kepenulisan karya ilmiah, tidak pernah mereka duga akan menduduki peringkat pertama, namun keberadaan keberhasilan ini sangat membanggakan tim LKTI dan menjadi bukti perjuangan mereka yang tidak sia-sia.
Terdapat banyak kesan dan pesan yang didapat dari keberhasilan tim GEMPITA SMALOKA dalam meraih prestasi ini, termasuk kesan dan pesan dalam dunia kepenulisan yang dirasakan oleh guru pembimbing.
“Perlu adanya kolaborasi antar sesama pembimbing dan siswa dalam menghasilkan LKTI yang bermakna. Serta dibutuhkan keuletan, ketelitian, sikap ingin terus belajar dan mengembangkan diri serta mencari inovasi-inovasi baru agar dapat menghasilkan LKTI yang penuh manfaat serta makna,” ungkap Bu Lia.
Saniya sebagai tim GEMPITA SMALOKA pun memberikan pesan yang sama bagi sesama siswa. “Maksimalkan potensi pada diri sendiri karena sesungguhnya yang menjadi pembatas sebenarnya adalah diri kita sendiri,” ucap Saniya mantap.
Bu Dian menyetujui ucapan Dian dengan tambahan bahwa para siswa harus lebih berani untuk menuangkan ide dalam tulis menulis. “Menulis itu mudah, yang susah adalah bagaimana menaklukkan diri sendiri untuk menulis, karena masih belum banyak siswa yang belum bisa menuangkan pikirannya lewat tulisan. Ditunggu untuk karya para siswa yang selanjutnya. Meskipun tidak pernah mengikuti perlombaan akan kami bimbing semaksimal mungkin. Kami tentu bangga dengan adanya kemenangan yang berhasil diraih, namun bagi kami menang itu bonus, yang terpenting adalah pengalaman dan pembelajaran yang dapat digunakan saat dewasa nanti,” tambah Bu Dian.
Bu Dian juga berharap bahwa adanya kemenangan LKTI tidak membuat siswa berhenti untuk berkarya, namun dapat dijadikan awal mula siswa untuk terus berkarya di karya-karya selanjutnya. Karena kemenangan bukanlah titik akhir dari sebuah perjuangan, namun menjadi pedoman untuk terus melangkah, terlebih dalam hal ini adalah untuk terus menulis.
Program GEMPITA tidak hanya LKTI saja, namun banyak program kepenulisan lainnya yang dapat diikuti oleh para siswa. “Akan ada mading literasi yang akan dilombakan yang mana menjadi ajang mingguan para siswa untuk berliterasi. Kemudian, ada peluncuran buku sastra dan sebelumnya sudah diadakan workshop untuk para siswa dalam dunia kepenulisan,” ungkap Bu Dian. Program-program ini dapat menjadi langkah awal bagi para siswa untuk mulai menuangkan ide dalam dunia tulis menulis karena program yang dilaksanakan cukup bervariasi sehingga siswa dapat memilih minat dan bakat yang sesuai dengan program yang akan dijalankan. (*Lokapers)