TINGKATKAN BAKAT LITERASI MELALUI FESTIVAL LITERASI SISWA INDONESIA

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui program Pusat Prestasi Nasional (PUSPRESNAS) menggelar Festival Literasi Siswa Indonesia (FELSI) tahun 2021 secara online atau daring untuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Festival ini mengusung tema “Indonesia Bangkit, Literasi Pulihkan Negeri” dilaksanakan mulai tanggal 26 Juli 2021 sampai tanggal 01 Oktober 2021. Tedapat tiga bidang yang dilombakan dalam Festival Literasi Siswa Indonesia (FELSI) ini, yakni: Jurnalistik, Fotografi, dan cipta Cerita Pendek (Cerpen).

            Kegiatan ini bertujuan untuk mewadahi peserta didik SMA/MA/SMK untuk berprestasi dari rumah; menguatkan daya literasi bagi peserta didik SMA/MA/SMK dalam kegiatan menulis; memperoleh konten-konten positif tentang jurnalisti, fotografi, dan cerita pendek dari peserta didik SMA/MA/SMK untuk selanjutnya mempersuasi peserta didik lainnya untuk terus berkarya secara positif; meningkatkan daya kreatif untuk melahirkan ide-ide cemerlang, karya yang berkualitas, dan pencapaian prestasi setinggi-tingginya.

FELSI merupakan pengembangan dari lomba jurnalistik yang telah dihelat pada tahun 2020 melombakan 3 (tiga) cabang yaitu artikel features, fotografi dan ceita pendek (cerpen). Proses seleksi dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap pertama memilih karya yang dikirim peserta melalui laman resmi Pusprenas dan tahap keuda yang berlangsung saat ini yaitu seleksi melalui penilaian karya baru dan wawancara untuk 25 (dua puluh lima) finalis terpilih dari tiap cabang lomba.

            SMA Negeri 1 Sumberpucung meraih prestasi yang tak terduga dair FELSI ini, Gladis Dwi Atmaja siswi kelas X IPA 6 mampu meraih peringkat 16 dari 1444 peserta dari seluruh Indonesia dalam bidang cerita pendek (cerpen) dan bisa melanjutkan langkahnya hingga jenjang final. Dra. Hj. Siti Fatimah selaku pembimbing menjelaskan bahwa banyak trik-trik yang diberikan untuk membantu Gladis sampai ke jenjang final. “Dalam pembimbingan siswa harus dipantau terus dan saya berikan teori bagaimana cara menulis cerpen yang bagus itu apa yang harus diperhatikan. Misalnya cerpen itu harus benar-benar pendek yang ketika dibaca itu langsung selesai, dalam menulis cerpen jangan bercabang nanti arahnya menjadi novel, tokohnya jangan terlalu banyak, memperhatikan pemilihan kata yang tepat untuk menunjukkan karakter tokoh.” ujar Dra. Hj. Siti Fatimah.

            Gladis dapat menembus final FELSI melalui karyanya yang berjudul “Capek-Capek Mikirin Krisis, Masa Enggak Tumbuh dan Tangguh”. Menceritakan tokoh aku yang berusia 15 tahun. Tokoh aku tersebut lahir di perkampungan Jawa yang dimana penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani. Salah satunya si mamak tokoh utama (aku). Suatu ketika tokoh aku menginginkan perubahan dalam kampungnya. Dia mencoba menciptakan alat yang nantinya akan meringankan beban petani. Syayangnya, di usia yang masih belasan itu membuatnya membutuhkan bantuan warga. Ia pun meminta bantuan dari warga. Sedihnya lagi banyak warga yang menolak, tetapi tokoh aku tidak pantang menyerah dan kekeh mempertahankan keinginannya sehingga datanglah seorang tokoh penyelamat yang membantu tokoh aku membuat rancangan alat dan memodifikasinya menjadi lebih efektif yang akhirnya dapat mewujudkan cita-cita tokoh aku dan mampu memberikan perubahan pada perkampungannya.

            Final FELSI dilaksankan secara daring via zoom meeting, sebelum final Gladis mendapatkan pengarahan dari panitia dan akhirnya akan dilaksanakan penilaian kualitas cerita pendek yang dimana dalam penilaian tersebut yakni wawancara membedah cerita pendek. Pembimbing mengakui bahwa terdapat beberapa kendala dalam proses pembimbingan. “Kendala yang dialami yakni waktu pembimbingan lomba saya sakit, akan tetapi dapat diatasi dengan pembimbingan secara daring. Saya tidak menyangka bahwa Gladis bisa masuk final, dan lagi masuk urutan 16. Satu Jawa Timur yang lolos hanya 3 yakni Magetan, Al-Rifa’ie, dan Sumberpucung.” Ujar beliau.

            Sedangkan menurut Gladis juga terdapat kendala yang dialami selama proses menulis cerpen. “Kendala yang saya alami selama menulis cerpen itu mungkin ke idenya yang tiba-tiba beku, karena saya menulis cerpen menyesuaikan tema yang disuguhkan yakni tangguh. Untuk inspirasi konflik saya ambil dari pandemi sekarang ini yang memengaruhi keadaan ekonomi masyarakat dan ditambahkan dengan konflik sosial lain. Saya tidak menyangka bahwa karya saya bisa lolos sampai final dan saya sangat senang.” Ujar Gladis.

            Dra. Hj. Siti Fatimah memberikan pesan kepada anak-anak agar bisa mencintai literasi. “Sering-seringlah membaca dan cintailah membaca karena jika kita senang membaca kita akan ingin mencoba hal-hal lainnya seperti menulis dan juga dengan emmbaca akan menambah kosakata kalian untuk bekal menulis itu sendiri.” ujar beliau selaku guru Bahasa Indonesia. Gladis juga memberikan pesan kepada teman-teman agar lebih tertarik kepada literasi. “Buat teman-teman, literasi itu sangat penting karena dengan banyak membaca maka banyak juga pengetahuan yang akan didapatkan. Hal tersebut akan dapat meminimalisir adanya hoax. Apalagi dengan adanya literasi, kita dapat terinspirasi dari sesuatu yang kita baca. Terakhir, jangan lupa terus berkarya supaya bisa menginspirasi banyak orang.” Ujarnya.

            Selamat untuk pencapaian Gladis yang mampu memberikan semangat dan motivasi untuk kita semua. Semoga kedepannya SMA Negeri 1 Sumberpucung dapat menorehkan prestasi-prestasi yang lain di bidang akademik maupun non-akademik. (*Tim Digimed)

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *